Selasa, 14 April 2009

CERPEN

TENTANG AJAS

Seperti biasa,pukul 06.30 pagi aku di-drop ayah tepat di depan terminal,tempat biasa aku menunggu patas AC menuju ke sekolah.Baru saja turun dari mobil,sekilas aku melihat sosok Ajas,tukang Koran langganank,berjalan agak gonta.Langkahnya enggak selincah biasanya,saat ia melihat para pelanggannya.Sempat sih terlintas di benakk,”Apa si Ajas lagi enggak enak badan,ya?Kenapa tatapannya kosong gitu?”Tapi rasa kantukku ternyata bisa membuyarkansemua pikiran negative tentang kondisi Ajas.

Begitu naik ke patas dan duduk di bangku palin depan dekat sopi,tatapan matakukembali terarah ke Ajas yang masih gontai memegang tumpukan Koran dan majalah di tangan sebelah kiri.Tangan kananya sudah memegang Koran yang ia siap berikan padaku.Saat kami bertatapan,aku langsung tersenyum padanya.Yap,si kecil Ajas yang sekarang sudah beranjak remaja ini memang sudah aku anggap seperti adik sendiri,walaupun umur kami Cuma beda beberapa tahun saja.Setelah menerima Koran dari tangan Ajas,aku langsung memasang earphone discman dan siap melahap berita di halaman pertama surat kabar.





Selasa, 03 Maret 2009

SEJARAH SINGKAT CIREBON

Mengawali cerita sejarah ini sebagai Purwadaksina, Purwa Kawitan Daksina Kawekasan, tersebutlah kerajaan besar di kawasan barat pulau Jawa PAKUAN PAJAJARAN yang Gemah Ripah Repeh Rapih Loh Jinawi Subur Kang Sarwa Tinandur Murah Kang Sarwa Tinuku, Kaloka Murah Sandang Pangan Lan Aman Tentrem Kawontenanipun. Dengan Rajanya JAYA DEWATA bergelar SRI BADUGA MAHARAJA PRABU SILIWANGI Raja Agung, Punjuling Papak, Ugi Sakti Madraguna, Teguh Totosane Bojona Kulit Mboten Tedas Tapak Paluneng Pande, Dihormati, disanjung Puja rakyatnya dan disegani oleh lawan-lawannya.
Raja Jaya Dewata menikah dengan Nyai Subang Larang dikarunia 2 (dua) orang putra dan seorang putri, Pangeran Walangsungsang yang lahir pertama tahun 1423 Masehi, kedua Nyai Lara Santang lahir tahun 1426 Masehi. Sedangkan Putra yang ketiga Raja Sengara lahir tahun 1428 Masehi. Pada tahun 1442 Masehi Pangeran Walangsungsang menikah dengan Nyai Endang Geulis Putri Ki Gedheng Danu Warsih dari Pertapaan Gunung Mara Api.
Mereka singgah di beberapa petapaan antara lain petapaan Ciangkup di desa Panongan (Sedong), Petapaan Gunung Kumbang di daerah Tegal dan Petapaan Gunung Cangak di desa Mundu Mesigit, yang terakhir sampe ke Gunung Amparan Jati dan disanalah bertemu dengan Syekh Datuk Kahfi yang berasal dari kerajaan Parsi. Ia adalah seorang Guru Agama Islam yang luhur ilmu dan budi pekertinya. Pangeran Walangsungsang beserta adiknya Nyai Lara Santang dan istrinya Nyai Endang Geulis berguru Agama Islam kepada Syekh Nur Jati dan menetap bersama Ki Gedheng Danusela adik Ki Gedheng Danuwarsih. Oleh Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang diberi nama Somadullah dan diminta untuk membuka hutan di pinggir Pantai Sebelah Tenggara Gunung Jati (Lemahwungkuk sekarang). Maka sejak itu berdirilah Dukuh Tegal Alang-Alang yang kemudian diberi nama Desa Caruban (Campuran) yang semakin lama menjadi ramai dikunjungi dan dihuni oleh berbagai suku bangsa untuk berdagang, bertani dan mencari ikan di laut.
Danusela (Ki Gedheng Alang-Alang) oleh masyarakat dipilih sebagai Kuwu yang pertama dan setelah meninggal pada tahun 1447 Masehi digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang kedua bergelar Pangeran Cakrabuana. Atas petunjuk Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah.
Pangeran Walangsungsang mendapat gelar Haji Abdullah Iman dan adiknya Nyai Lara Santang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim, kemudian menikah dengan seorang Raja Mesir bernama Syarif Abullah. Dari hasil perkawinannya dikaruniai 2 (dua) orang putra, yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sekembalinya dari Mekah, Pangeran Cakrabuana mendirikan Tajug dan Rumah Besar yang diberi nama Jelagrahan, yang kemudian dikembangkan menjadi Keraton Pakungwati (Keraton Kasepuhan sekarang) sebagai tempat kediaman bersama Putri Kinasih Nyai Pakungwati. Stelah Kakek Pangeran Cakrabuana Jumajan Jati Wafat, maka Keratuan di Singapura tidak dilanjutkan (Singapura terletak + 14 Km sebelah Utara Pesarean Sunan Gunung Jati) tetapi harta peninggalannya digunakan untuk bangunan Keraton Pakungwati dan juga membentuk prajurit dengan nama Dalem Agung Nyi Mas Pakungwati. Prabu Siliwangi melalui utusannya, Tumenggung Jagabaya dan Raja Sengara (adik Pangeran Walangsungsang), mengakat Pangeran Carkrabuana menjadi Tumenggung dengan Gelar Sri Mangana.
Pada Tahun 1470 Masehi Syarif Hiyatullah setelah berguru di Mekah, Bagdad, Campa dan Samudra Pasai, datang ke Pulau Jawa, mula-mula tiba di Banten kemudian Jawa Timur dan mendapat kesempatan untuk bermusyawarah dengan para wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel. Musyawarah tersebut menghasilkansuatu lembaga yang bergerak dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dengan nama Wali Sanga
Sebagai anggota dari lembaga tersebut, Syarif Hidayatullah datang ke Carbon untuk menemui Uwaknya, Tumenggung Sri Mangana (Pangeran Walangsungsang) untuk mengajarkan Agama Islam di daerah Carbon dan sekitarnya, maka didirikanlah sebuah padepokan yang disebut pekikiran (di Gunung Sembung sekarang)
Setelah Suna Ampel wafat tahun 1478 Masehi, maka dalam musyawarah Wali Sanga di Tuban, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk menggantikan pimpinan Wali Sanga. Akhirnya pusat kegiatan Wali Sanga dipindahkan dari Tuban ke Gunung Sembung di Carbon yang kemudian disebut puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan sebagai pusat pemerintahan Kesulatan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan sebutan GERAGE. Pada Tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih kondang dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I dan menetap di Keraton Pakungwati.
Sebagaimana lazimnya yang selalu dilakukan oleh Pangeran Cakrabuana mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran, maka pada tahun 1482 Masehi setelah Syarif Hidayatullah diangkat menajdi Sulatan Carbon membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran PRABU SILIWANGI untuk tidak mengirim upeti lagi karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi Negara yang Merdeka. Selain hal tersebut Pangeran Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga rela berulangkali memohon Raja Pajajaran untuk berkenan memeluk Agama Islam tetapi tidak berhasil. Itulah penyebab yang utama mengapa Pangeran Syarif Hidayatullah menyatakan Cirebon sebagai Negara Merdeka lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon.(dikutip dari www.kabcirebon.go.id)

BATIK CIREBON NAN EKSOTIS

Bukan seloroh semata seandainya ada yang mengatakan bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alamnya. Karena tidak ada satupun daerah di Indonesia yang tidak dapat mengolah sumber daya alamnya secara tepat guna. Seperti halnya di Cirebon, daerah yang secara geografis berada di sebelah utara Jawa ini.
Cirebon yang banyak menghasilkan kekayaan dari laut, sejak dahulu memang sudah dikenal dengan oleh-oleh khas lautnya, seperti terasi, kerupuk udang, abon ebi, ikan asing, dan kecap udang.
Tidak itu saja, oleh-oleh lainnya yang cukup diminati adalah sirup simpolay. Sirup yang menggunakan bahan dasar gula batu ini memberikan cita rasa alami yang berbeda dengan sirup lainnya.
Khas yang tak kalah menggoda adalah emping, manisan, rengginang, hingga kerupuk melarat. Dimana makanan khas tersebut tidak semata dari Cirebon, tetapi juga perpaduan dari daerah sekitar, seperti dari Plered, Indramayu, dan Kuningan. Bahkan ada beberapa modifikasi menarik yang dibuat dengan menggunakan bahan sama.
Sebenarnya makanan tersebut lebih dikenal di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Namun, berkat pananganan yang piawai, seperti rasa dan penyajiannya, akan makanan ini dapat dirasakan setiap kalangan oleh toko-toko oleh-oleh yang menjamur di Cirebon.
Esotikisme Batik Trusmi
Tidak hanya di Yogyakarta, dan Solo saja, Cirebon juga terkenal dengan batiknya, terutama Batik Trusmi yang dibuat di desa Trusmi dalam warisan turun temurun. Sesuai dengan ciri khasnya, maka batik Trusmi juga mempunyai motif yang berbeda, yaitu kecil-kecil dan warna yang tidak mencolok. Warna dasar yang banyak digunakan adalah kuning gading, coklat muda, abu-abu, hitam, dan hijau. Sedangkan pola batik yang digunakan mempunyai istilah Megamendung, Wadas Singa, Naga Semirang, dan Taman Arum.
Batik yang mempunyai gaya Keraton (klasik), Kenduruan (batik Cina), dan Trusmi ini. Menggunakan pula berbagai macam kain sebagai media dasarnya, seperti katun Pekalongan, kain Paris, sutera Indonesia (mendekati sutera asli), sutera, dan alat tenun bukan mesin. Sama seperti pembuatan batik lainnya, proses yang digunakan ada yang tulis, cetak, dan printing.
Namun sayangnya, pengelolaan batik ini masih menggunakan manajemen tradisional dan kekeluargaan. Sehingga kualitas dan sistem pengelolannya masih kalah dengan Batik Yogya ataupun Solo yang lebih berkembang dan dikenal hingga ke mancanegara.
Bagaimana menuju ke sana ?
Kalau Anda ingin mengunjungi Desa Trusmi, letaknya di Kecamatan Weru, Plered, Cirebon. Jaraknya sekitar 15 km dari Cirebon.
Sedangakan bagi Anda yang ingin menikmati makanan khas Cirebon, kunjungi Pasar Kanoman, Pasar Pagi, Jaga Satru, atau Pujagalana (Pusat Jajanan Segala Ana) sekitar Komplek Gua Sunyaragi.



Selasa, 20 Januari 2009

EVENT PERISTIWA UPACARA ADAT

  • Syawalan Gunung Jati
    Setiap awal bula syawal masyarakat wilayah Cirebon umumnya melakukan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Di samping itu juga untuk melakukan tahlilan
  • Ganti Welit
    Upacara yag dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara dilakukan oleh masyarakat Trusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Mulud.
  • Rajaban
    Upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan dari kedua Pangeran tersebut. Dilaksanakan setiap 27 Rajab. Terletak di obyek wisata Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
  • Ganti Sirap
    Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
  • Muludan
    Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 s/d 12 Mulud. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
  • Salawean Trusmi
    Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Di samping itu juga dilaksanakan tahlilan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 25 bulan Mulud.
  • N a d r a n
    Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai (tempat berlabuh nelayan) dengan waktu kegiatan bervariasi.


OBYEK & DAYA TARIK WISATA CIREBON

  • Makam Sunan Gunung Jati
Dihiasi dengan keramik buatan Cina jaman Dinasti Ming. Di komplek makam ini di samping tempat dimakamkannya Sunan Gunung Jati juga tempat dimakamkannya Fatahilah panglima perang pembebasan Batavia. Lokasi ini merupakan komplek pemakaman bagi keluarga Keraton Cirebon, terletak + 6 Km ke arah Utara dari Kota Cirebon.
  • T r u s m i
Sentra batik tradisional Cirebon yang memiliki motif khas Cirebonan. Terletak 9 Km dari Ibukota Cirebon ke arah utara (di desa Trusmi, Kecamatan Weru). Di samping itu terdapat juga makam Ki Buyut Trusmi yaitu salah seorang tokoh penyebar Agama Islam di Wilayah Cirebon.
  • Makam Nyi Mas Gandasari

Sala
h seorang murid Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dalam penyebaran Agama Islam, terkenal dengan kemampuan ilmunya yang tiada tanding. Terletak di desa Pangurangan Kecamatan Panguragan atau 27 Km dari Ibukota Sumber.



  • Makam Syekh Magelung Sakti
Merupakan salah satu seorang pendekar yang dapat mengalahkan Nyi M Gandasari dan disegani karena disamping sebagai salah seorang pendekar juga, beliau juga dikenal sebagai seorang yang berjasa dalam penyebaran Agama Islam ditanah Cirebon. Makam beliau terletak di desa Karang Kendal Kecamatan Kapetakan, 21 Km dari Ibukota Sumber.
  • Makam Talun
    Disini tempat dimakamkannya Mbah Kuwu Cirebon yaitu salah seorang pimpinan tertinggi di wilayah Cirebon. Disamping sebagai tokoh masyarakat, beliau juga sangat disegani dalam ilmu pengetahuannya. Sehingga sampai saat ini masih banyak diziarahi oleh masyarakat Cirebon. Terletak di desa Cirebon Girang Kecamatan Cirebon Selatan 5 Km dari pusat Ibukota Sumber.
  • B e l a w a
    Lokasi wisata ini berjarak kira-kira 25 km dari kota Sumber ke arah timur. Obyek wisata ini memiliki daya tarik dari kura-kura yang mempunyai ciri khusus di punggung dengan nama latin “Aquatic Tortose Ortilia norneensis.”
    Menyimpan legenda menarik tentang keberadaannya di desa belawa kecamatan sedong,. Menurut penelitian merupakan spesies kura-kura yang langka dan patut di lindungi keberadaannya. Obyek wisata ini di rencanakan untuk di kembangkan menjadi kawasan yang lebih lengkap Taman kura-kura (Turtle park) atau taman reptilia.Sektor suasta dapat bekerjasama dengan pemerinta kabupaten untuk pengelolaan taman kura-kura tersebut.
  • Situ Sedong
    Terletak di desa Sedong sekitar 26 km dari arah pusat Ibukota Sumber, dengan luas lahan 62,5 Ha. Selain mempunyai panorama yang indah,situ ini juga di sebut pula situ pengasingan yang merupakan tempat rekreasi air dan pemancingan. pihak pemerintah kabupaten mengundang para investor untuk bermitra dalam pengelolaan wisata ini.
  • Banyu Panas Palimanan
    Obyek wisata ini terletak di desa Palimanan Barat kecamatan Palimanan sekitar 16 km dari Cirebon ke arah Bandung. Obyek wisata ini merupakan pemandian air panas dengan kadar belerang yang di percaya dapat menyebuhkan penyakit kulit. Pemandian air panas ini ada di sekitar bukit Gunung Kapur Gunung Kromong yang mempunyai keistimewaan mata air selalu berpindah pindah. pihak investor di undang untuk mengembangkan lokasi ini untuk di jadikan wisata spa.
  • P l a n g o n
    Obyek wisata plangon berlokasi di kelurahan babakan kecamatan sumber -+ 10 km dari kota cirebon.Tempat rekreasi dengan panorama alam yang indah yang di huni oleh sekelompok kera liar. Selain selain tempat rekreasi, terdapat juga makam
  • Pangeran Kejaksan dan Pangeran Panjunan
    Puncak acaranya biasa di masa ziarah Plangon tgl 2 syawal, 11 Dzulhijjah dan 27 Rajab.Untuk pengembangan wisata ini meliputi lahan sekitar 10 Ha, dan status tanah ini milik Kesultanan. Kapasitas pengunjung rata-rata sekitar 58.000 pengunjung/tahun. Obyek ini cukup mempunyai prospek untuk di kembangkan , peluang terbuka untuk pengelola lokasi wisata dan wisata dan bangunan makam.
  • Lapangan GOLF Ciperna
    Kawasan ini berada di tepi jalan raya Cirebon Kuningan dengan kontur tanah berbukit berjarak 5 km ke selatan dari kota Cirebon, berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut. Daya tarik utama kawasan ini adalah keindahan pemandangan kota Cirebon dengan latar belakang laut lepas ke arah utara, sedangkan ke arah selatan Gunung Ciremai di suasana yang menarik. Berdasarkan perda nomor 25 tahun 1996, kawasan wisata Ciperna ditetapkan seluas 300 Ha yang di pertunjukan bagi 5 (lima) ruang kawasan pengembangan antara lain:
    Kawasan wisata Agro Griya Pembangunan Agro Griya dalam bentuk rumah kebun yang dapat di sewakan dengan fasilitas Hotel Bintang.
    Kawasan wisata Agro Tirta. Pembangunan Agro Tirta dalam bentuk pembuatan danau buatan yang di lengkapi rekreasi air.
    Kawasan Agro Wisata I dan Kawasan Agro Wisata II. Agro wisata I dan II di arahkan dalam bentuk pembangunan kawasan perkebunan mangga gedong gincu, srikaya, atau tanaman jenis lainya. Di samping itu membangun track olah raga yang dapat menyesuaikan dengan kontur tanah sekitarnya.
  • Situ Patok
    Luas Situ Patok 175 Ha yang terletak di desa setu patok sekita 6 km dari kota Cirebon ke arah Tegal, obyek wisata ini selain mempunyai panorama indah juga tersedia sarana rekreasi air dan pemancingan. Lokasi ini berpotensi untuk di kembangkan sekitar lahan 7 Ha, dengan status tanah negara . prasarana yang di perlukan pembuatan dermaga, pengadaan prahu motor dan sarana pemancingan. serta pembangunan rumah makan yang arstistik.jalan ke arah lokasi cukup baik dan lebar, jaringan aliran listrik sudah tersedia dan saat ini minat masyarakat untuk mengunjungi wisata ini cukup banyak
  • Cikalahang
    Kawasan Cikalahang merupakan kawasan yang baru berkembang dengan daya dukung alam. sasaran wisatawan pada awalnya adalah obyek wisata Telaga Remis yang di kelola oleh perum perhutani KPH Kuningan dan berada di wilayah Kuningan. Hingga saat ini kawasan Telaga Remis masih menarik wisatawan yang dapat di andalkan dari segi income. Akan tetapi jalan menuju obyek wisata ini adalah melalui desa Cikalahang yang berada di wilayah Kabupaten Cirebon,sehingga keberadaan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar usaha lain sebagai daya pendukung. Di samping itu juga kawasan Cikalahang telah berkembang menjadi suatu kawasan yang mempunyai daya tarik sendiri yaitu dari usaha restoran/rumah makan ikan bakar. Dengan banyaknya peminat menjadi wilayah itu berkembang pesat menjadi daya tarik wisata makan, sehingga pada hari-hari libur penuh dikunjungi wisatawan.
    Menjual keadaan alam yang menarik dengan sumber air dari kaki Gunung Ciremai yang tidak pernah kering, sangat memungkinkan untuk membuka peluang usaha kolam renang yang bersifat alami dengan fasilitas modern serta bumi perkemahan.
    Kawasan wisata Cikalahang terletak sekitar 6 km dari Ibukota Kabupaten Cirebon di Sumber dan 1 km dari jalan alternatif Cirebon Majalengka dengan dengan lingkungan alam yang masih asri.
  • Wanawisata Ciwaringin
    Hutan wisata dengan menampilkan keindahan alam dan banyak ditumbuhi oleh pohon kayu putih. Menyediakan lokasi bagi para penggemar jalan kaki dan arena motor cross. Di lokasi ini juga terdapat danau Ciranca bagi penggemar memancing. Berlokasi di desa Ciwaringin Kecamatan Ciwaringin, 17 Km dari Ibukota Sumber.



MAKANAN & MINUMAN KHAS CIREBON

  • MAKANAN 
  1. Nasi Jamblang :
    Nasi jamblang adalah nasi yang di bungkus daun jati dengan lauk pauk yang bermacam-macam seperti paru, pusu, daging, tempe, tahu disertai dengan sambel khas cirebon dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebonNasi
  2. Lengko :
    Nasi putih yang dipadukan dengan tempe, tahu, mentimun toge dan daun kucai yang ditaburi bawang goreng dan kecap dan bumbu kacang dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebon
  3. Empal Gentong :
    Makanan berkuah yang bersantan di padukan dengan daging. Dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebon. Kebanyakan pedagang empal gentong berasal dari Desa Battembat
  4. Tahu Gejrot ;
    Tahu yang dipotong potong di tempatkan pada piring kecil terbuat dari tanah merah dengn bumbu gula merah dan bawang merah dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebon
  5. Bubur Sop :
    Bubur yang berisi kol, daun bawang dan tauco disertai kuah sop yang ditarubi ayam suwir sama kerupuk. dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebon
  6. Sate Kalong :
    Sate yang berjualannya menjelang magribdan satenya dari daging kerbau
  7. Docang :
    Lontong yang dipadukan daun singkong, toge, taburan kelapa parut dan kerupuk ditaburi dengan kuah terbuat dari dage/bumbu oncom
  8. Mie Koclok :
    Mie yang berisi toge, kol, dipadukan telor ayam dengan bumbu kuah santan
  9. Kerupuk Udang :
    Kerupuk khas goreng yang terbuat dengan racikan udang dan ikan dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebon
  10. Kerupuk Melarat :
    Kerupuk yang berwarna warni terbuat dari aci yang proses penggorengan dengan menggunakan pasir, dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebon
  11. Kerupuk Lambak:
    Kerupuk yang berwarna coklat kehitaman (warna kulit) terbuat dari kulit kerbau pilihan, dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebon
  12. Terasi Udang :
    Terasi yang terbuat dari udang rebon sebagai bahan membuat sambal yang rasanya enak sekali.
  • MINUMAN
  1. Tjanpolay :
    Sejenis minuman dari sirup yang terkenal dari jaman dulu dapat diperoleh di berbagai tempat kota cirebon
  2. Teh Poci :
    Teh yang disuguhkan sejenis teko yang terbuat dari tanah liat (Poci) dan enak diminum pada malam hari dapat diperoleh : di berbagai tempat kota cirebon



P.R.A. Arief Natadiningrat, S.E. Putra Mahkota Cirebon yang Bersahaja

MENJADI pemimpin memang sudah menjadi takdir yang harus dijalani P.R.A. Arief Natadiningrat, S.E. Sebagai putra mahkota Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief adalah penerus tradisi dan budaya Kesultanan Kasepuhan.

SEBAGAI anak keturunan Prabu Siliwangi dan Syeh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati, Arief mewarisi darah kepemimpinan dari keduanya. Berdasarkan sejarahnya, pada abad XV Pangeran Cakrabuana putra mahkota Pajajaran membangun Keraton Pakungwati dan memproklamasikan kemerdekaanya dari kerajaan Pajajaran. Putrinya yang bernama Ratu Ayu Pakungwati kemudian menikah dengan sepupunya bernama Syekh Syarif Hidayatullah putra Ratu Mas Larasantang (adik Pangeran Cakrabuana).

Sejak kecil, Arief yang sudah dipersiapkan sebagai putra mahkota penerus Kesultanan Kasepuhan sudah dibiasakan dengan tradisi keraton. Akibatnya, tidak saja waktu bermainnya jadi tersita karenanya, tetapi juga lingkungan pergaulannya sangat terbatas.
Namun, ada saat Arief diberi kebebasan untuk melihat-lihat sekeliling keraton dan keliling kota, tentu dengan pengawalan kerabatnya.
“Pada saat-saat itulah, saya merasakan kebahagian tersendiri bisa melihat sekeliling keraton dan melihat-lihat kota,” ujar Arief mengenang masa kecilnya.
Seabrek jabatan di organisasi profesi dan kemasyarakatan selalu menunggu waktunya. Selain sebagai Ketua Yayasan Keraton Kasepuhan, ia juga sebagai Direktur PT Cirebon Raya Internasional, PT Nurjati Mas Internasional. Arief juga aktif di 30 Organisasi, di antaranya sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Pengadaan Barang dan Jasa Indonesia (Aspanji) Jabar juga Ketua Ardin Jabar.
Bapak tiga putra dan satu putri ini pun menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Cirebon dan Ketua Badan Pengembangan Kawasan Andalan Ciayumajakuning (Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan). Jadwal kerjanya tidak hanya di Kota Cirebon dan sekitarnya. Sebagai putra mahkota, Arief juga mengemban kewajiban sebagai duta Keraton Kasepuhan sekaligus “duta budaya” Cirebon.
Saat “PR” berhasil “menyandera” Arief untuk sekadar ngobrol, telefon genggamnya tidak henti-hentinya berdering. Belum sempat menyelipkan “ponsel” di saku bajunya, suara musik dari “ponsel”-nya kembali mengalun. “Ini sih kebetulan saja banyak telefon yang masuk. Biasanya juga tidak sebanyak ini, mungkin sengaja mengganggu obrolan kita,” ujar Arief berseloroh. Sebagai putra mahkota, Arief harus bisa meleburkan diri dalam citra keraton. Meski demikian, bukan berarti Arief bersikap dan berperilaku feodal. Sebagai keturunan ulama dan umaro, Sunan Gunung Jati yang juga salah seorang dari sembilan wali penyebar Islam di tanah Jawa, Arief memiliki tanggung jawab juga untuk mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai hidup dan kebaikan yang diajarkan leluhurnya.
Meski Arief sadar betul tingkatannya tidak sejajar dengan Sunan Gunung Jati, setidaknya ia berupaya menerapkan semua ajaran Islam yang mengajarkan humanisme, toleransi, kebaikan, keikhlasan, ketulusan, dan memberi tanpa pamrih. **
SEBAGAI pemimpin, baik di rumah maupun di organisasi kemasyarakatan, profesi, dan lainnya, Arief berusaha menerapkan betul sikap demokratis yang menjadi ciri khas ajaran Sunan Gunung Jati. Sikap demokratis itu bahkan tampak nyata dan diwujudkan dalam bentuk arsitektur campuran antara Islam, Hindu-Budha, dan Eropa. Bangunan keraton sekarang ini di bawah kekuasaan Sultan Sepuh ke XIII, P.R.A. H. Maulana Pakuningrat, S.H.
Begitu memasuki halaman kompleks keraton, kita akan langsung melihat pintu gerbang Keraton Kasepuhan dengan gaya Eropa dan berhiaskan motif pinggir awan di bagian atas serta motif karang di bagian bawahnya.
Sementara itu, pas di depan gerbang bergaya Eropa tersebut, tampak patung dua macan putih yang melambangkan Cirebon sebagai penerus Kerajaan Pajajaran. Keberadaan patung ini dengan sangat jelas memperlihatkan pengaruh budaya Hindu-Sunda sebagai agama resmi Kerajaan Pajajaran.
“Beliau (Sunan Gunung Jati) memang sangat demokratis dan toleran dan itu tercermin dalam arsitektur keraton yang merupakan akulturasi dari berbagai budaya,” katanya.
Dari pernikahannya dengan Syarifa Isye, Arief mendapatkan tiga putra dan satu putri, yakni si sulung Elang Raja (E.R.) Ari Rahmanudin, E.R. Lukman Zulkaedin, Ratu Raja (R.R.) S. Fatimah Nurhayani, dan si bungsu E.R. Muhammad Nusantara.
Putra sulung dan putra keduanya, saat ini duduk di bangku kelas II sekolah menengah pertama, sementara putrinya duduk di bangku terakhir sekolah dasar dan si bungsu masih di Taman Kanak-kanak (TK).
Kepada putra-putrinya, Arief selalu memberikan kebebasan baik dalam pendidikan maupun aktivitasnya. Hanya satu hal yang menjadi patokan Arief dalam mendidik anak-anaknya, yakni ia selalu menekankan anaknya agar menjadi anak yang saleh.
Dengan menjadi anak yang saleh, selain anak tidak lupa dengan perintah dan ajaran agama, tetapi dengan sendirinya menjadi orang yang berbakti dan hormat kepada orang tua, mendoakan orang tua, dan tidak akan mengecewakan orang tua.
Didikan mulia yang diajarkan secara turun temurun oleh orang tuanya tidak hanya diterapkan dalam keluarga, tetapi juga di luar lingkungan keraton sehingga menjadikan Arief figur yang patut diteladani. Sifatnya yang ramah tidak pernah memandang asal-usul lawan bicaranya dan sikapnya yang tegas terkadang membuatnya seperti sosok yang lebih tua dari umur sebenarnya.
Sikap rendah hati senantiasa diperlihatkan Arief dalam segala kesempatan. Termasuk ketika dirinya mendapat desakan dari arus bawah untuk mencalonkan diri dalam suksesi pucuk pimpinan di Kota Cirebon. Bapak tiga putra dan satu putri ini malah memilih jalan sebaliknya, dengan alasan dirinya masih banyak memiliki kekurangan.
**
DALAM kesempatan merayakan ulang tahunnya yang ke-37 yang berlangsung secara sederhana dan khidmat, Arief mengumumkan keputusannya untuk tidak mencalonkan diri. Langkah Arief yang menyatakan tidak akan mencalonkan diri dalam bursa calon Wali Kota Cirebon periode 2003-2008 tersebut tentu saja sangat mengejutkan dan mengundang berbagai komentar. Banyak alasan yang dikemukakan pihak yang kecewa dengan langkah Arief tersebut. Saking kecewanya atas keputusan Arief tersebut, mereka sampai menyatakan Arief tidak menghargai aspirasi arus bawah.
Atas kenyataan itu, Arief menjelaskan, tidak ada sama sekali niatnya untuk mengabaikan apalagi tidak menghargai arus bawah. Keputusan tersebut diambilnya dengan berbagai pertimbangan yang dinilainya cukup logis dan realistis.
“Dalam situasi multi krisis seperti sekarang ini kan Kota Cirebon membutuhkan pemimpin yang mumpuni selain tentu saja moralitasnya juga terpuji. Dia harus bisa membawa Cirebon ke arah yang lebih baik dari sekarang dan saya merasa belum mempunyai kelebihan untuk menjadi calon pemimpin sekaliber itu,” dalihnya.
Desakan berbagai kalangan yang meminta Arief tampil memimpin Cirebon, bukan tanpa alasan. Selain alasan bibit yakni keturunan Sunan Gunung Jati yang notabene adalah pendiri Kerajaan Cirebon dan ulama penyebar Islam di tanah Jawa, juga alasan bobot yakni wawasan, visi, dan misi Arief dalam berbagai organisasi yang dipimpinnya selama ini menunjukkan arah yang jelas.
Meski demikian, dalam obrolan seputar suksesi wali kota periode 2003-2008, P.R.A. Arief yang ditemui di kediamannya, menyatakan kesediaannya menjadi wali kota asalkan diminta masyarakat dan fraksi di DPRD. Namun, pihaknya tidak akan mencalonkan diri karena mencari jabatan tidak diperkenankan kedua orang tuanya.
“Kita serahkan kepada DPRD dan Masyarakat Kota Cirebon. Nasihat Gusti Sultan Sepuh XIII, orang tua saya bahwa saya tidak boleh mencari jabatan. Oleh karena itu, saya tidak mencalonkan, tetapi kalau dicalonkan oleh mayoritas masyarakat Cirebon dan fraksi-fraksi yang ada di DPRD, itu merupakan amanah. Saya harus menjalankan itu sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya serta seadil-adilnya,” ujarnya tenang.
Tentu saja dalam kesediaan untuk mengemban amanah itu, Arief tidak hanya bertangan kosong tanpa bekal apapun. Dalam soal kepemimpinan, figur Arief tentu sudah teruji. Sementara untuk menjawab pertanyaan kemana Cirebon akan dibawa Arief menjabarkannya dalam visi dan misi Kota Cirebon yang dikemas dalam program “Cirebon Raya”, singkatan dari “Ciptakan Masyarakat Kota Cirebon yang Sejahtera dan Berdaya”.
Namun, terlepas dari semua itu, Arief mendukung sepenuhnya siapa pun yang nanti akan terpilih untuk memimpin Kota Cirebon menuju masa depan yang lebih baik. Tentu saja dengan catatan, proses pemilihan berjalan dengan fair, demokratis, dan bersih dari praktik money politics.